PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA
(DARI MITOS
SAMPAI METODE ILMIAH)
A.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami
perkembangan pemikiran manusia terhadap gejala alam.
B.
Deskripsi Materi
1. Rasa ingin tahu (kuriositas).
2. Mitos, kepuasan dan ketidakpuasan
terhadapnya.
3. Penalaran dan tokoh-tokoh yang berjasa
membawa perubahan pola berpikir.
4. Metode ilmiah dan langkah-langkah
operasionalnya.
C. Uraian Materi
1. Rasa Ingin Tahu (Kuriositas)
Ilmu pengetahuan alam itu bermula dari
rasa ingin tahu yang ada pada diri manusia. Manusia sebagai makhluk yang berpikir
dibekali rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas dari manusia dan tidak
dimiliki oleh makhluk lain. Misalnya: air dan udara bergerak bukan atas
kehendaknya sendiri, tetapi akibat dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal.
Bagaimana dengan monyet yang begitu pandai? Bila kita perhatikan baik-baik
perikehidupan monyet-monyet itu ternyata kehendak mereka untuk mengeksplorasi
alam sekitar itu didorong oleh rasa ingin tahu yang tetap sepanjang jaman atau
yang oleh Asimov (1972) disebut sebagai ‘idle curiousity’ atau ‘instink’.
Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian
hidupnya (Hendro Darmojo, 1999 : 3).
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk
mengenal, memahami dan menjelaskan
gejala-gejala alam, serta berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga manusia dapat mengumpulkan
pengetahuan.
Menurut
Maskoeri Jasin (1999 : 2) manusia memiliki rasa ingin tahu (kuriositas) yang
berkembang sepanjang zaman. Setelah tahu tentang apanya, mereka juga ingin tahu
bagaimana dan mengapa? Manusia mampu mengkombinasikan pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru sehingga terjadi akumulasi pengetahuan. Misalnya tempat
tinggal manusia yang semakin berkembang dari zaman ke zaman, sedangkan tempat
tinggal hewan bersifat tetap.
2. Mitos
Perkembangan selanjutnya manusia berusaha
memenuhi kebutuhan non fisik atau alam pikirannya, jadi tidak semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan fisiknya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat
terpuaskan atas dasar pengamatan maupun pengalamannya. Pada manusia kuno untuk memuaskan diri mereka mencoba
membuat jawaban sendiri atas
permasalahan yang dihadapinya
sehingga dengan menggunakan logika pada masa itu
muncul pengetahuan baru yang berkuasa pada lautan, gunung, hutan, dan
lain-lain. (Hendro Darmojo, 1999 : 4). Misalnya:
·
Apakah
pelangi itu? Mereka menjawab: pelangi adalah selendang bidadari.
·
Mengapa
gunung meletus? Mengapa ada ombak besar? Mereka menjawab: bahwa yang berkuasa
lagi marah.
·
Jika di Timur Tengah ada daerah yang mampu
membuat mobil jalan sendiri tanpa dihidupkan mesin. Fenomena tersebut
disebabkan medan magnet yang sangat kuat dari sebuah gunung.
·
Di Korea ada jalan yang dianggap berhantu.
Haolan Dokkaebi yang artinya jalan berhantu di Pulau Jeju, Korea ini mampu
menggerakan mobil meski mesinnya mati. Namun dalam situs pariwisata Korea
Selatan menyebut, fenomena itu sebenarnya hanyalah ilusi optikal (Suatu fenomena optis adalah segala
aktivitas yang dilihat dari hasil interaksi cahaya dan materi). Jalanan terlihat
menanjak padahal sebenarnya menurun.
Dengan berdasarkan kepercayaan yang mereka
anut pada masa itu dan ditambah dengan
pengalaman yang mereka alami maka lahirlah suatu pengetahuan baru yang disebut
dengan mitos. Cerita-cerita tentang
mitos disebut dengan legenda (Maskoeri Jasin, 1999 : 3).
Mitos menurut Mawardi (2007 : 14) dapat diterima oleh
masyarakat pada masa itu karena :
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan oleh keterbatasan
penginderaan, baik langsung maupun dengan alat,
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa
itu,
c. Terpenuhi hasrat ingin tahunya.
Puncak hasil pemikiran mitos adalah pada
zaman Babylonia kira-kira 700 – 600 SM. Pendapat orang Babylonia tentang alam
semesta antara lain bahwa alam semesta
sebagai ruang ½ bola dengan bumi yang datar sebagai lantai dan langit dengan
bintang-bintang sebagai atap. Yang menakjubkan mereka telah mengenal bidang
ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan 1 tahun (1
kali peredaran matahari) = 365,25 hari. Selain itu juga muncul pengetahuan
tntang rasi-rasi bintang seperti rasi scorpio, virgo, pisces, leo, dan lain-lain.
Pengetahuan dan ajaran orang Babylonia terdiri dari dugaan, imajinasi,
kepercayaan/mitos yang melahirkan pengetahuan dengan nama Pseudo Science /sains palsu (Maskoeri Jasin, 1999 : 4).
3. Penalaran
Berdasarkan kemampuan berpikir manusia
yang semakin maju dan perlengkapan pengamatan makin sempurna misalya teropong
bintang yang semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda makin
ditinggalkan orang dan mereka cenderung berpikir secara logis dengan
menggunakan akal sehat (rasio).
Tokoh-tokoh Yunani yang dianggap sebagai
pelopor perubahan pola berpikir masa itu antara lain adalah:
a. Anaximander ( 610 – 546 SM)
Seorang
pemikir yang sezaman dengan Thales berpendapat bahwa alam semesta yang kita
lihat berbentuk seperti bola dan bumi sebagai pusatnya. Selain itu dia juga
mengajarkan pembuatan jam matahari dengan menegakkan sebuah tongkat di atas
bumi yang horizontal dan menentukan bayangan tongkat itu menjadi petunjuk waktu
dan juga titik balik matahari.
b. Anaximenes (560 – 520 SM)
Dia melahirkan teori pertama
tentang transmutasi unsur-unsur, yang menyatakan bahwa unsur dasar pembentukan
semua benda adalah air. Bila merenggang akan menjadi api atau gas, sedangkan
bila memadat akan menjadi tanah.
c. Herakleitos (560 – 470 SM)
Dia
berpendapat bahwa apilah yang menyebabkan transmutasi itu, tanpa api benda-benda akan tetap seperti adanya.
d. Pythagoras
(± 500 SM)
-
Unsur
dasar semua benda sebenarnya ada 4: tanah, api, udara, dan air.
-
Bumi
bulat dan berputar, karena itu seolah-olah
benda-benda alam lainnya
termasuk matahari mengelilingi
bumi.
-
Melahirkan dalil Pythagoras dalam ilmu matematika: kuadrat sisi miring
suatu segitiga siku-siku samadengan
jumlah kuadrat kedua siku-sikunya ( c2=
a2 + b2 )
-
Pernyataan bahwa jumlah sudut suatu segitiga adalah 180º
e. Demokritos (460 – 370 SM)
Bagian
terkecil dari suatu benda yang tidak bisa dibagi-bagi lagi disebut atomos atau
atom.
f. Empedokles (480 – 430 SM)
Menyempurnakan
ajaran Pythagoras tentang empat unsur dan memperkenalkan tenaga penyekat/daya
tarik-menarik dan daya tolak-menolak yang dapat mempersatukan atau memishkan
unsur-unsur itu.
g. Plato (427-345 SM)
Mempunyai
titik tolak berpikir yang berbeda dengan orang-orang sebelumnya yang
materialistik. Menurut Plato, keanekaragaman yang nampak ini sebenarnya hanya
suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immaterial.
h. Aristoteles ( 348 – 322 SM)
-
Berhasil
membukukan intisari dari ajaran para ahli sebelumnya dan membuang hal-hal yang tidak masuk akal.
-
Adanya zat
tunggal yang disebutnya
‘hule’ bentuknya
tergantung dari kondisinya, bisa
berbentuk tanah, air,
udara atau api.
Transmutasi disebabkan oleh
keadaan dingin, lembab, panas dan
kering.
-
Tidak ada
ruang yang hampa, bila suatu ruang tidak terisi oleh benda akan diisi
oleh sesuatu yang immaterial yaitu
ether.
-
Ajaran
yang terpenting adalah suatu pola
berpikir dalam memperoleh
kebenaran berdasarkan logika.
i.
Ptolomeus
(127 – 151 M)
Teori
‘geosentris’ menyatakan bahwa bumi sebagai pusat dari tatasurya, berbentuk
bulat, diam seimbang tanpa tiang penyangga.
j.
Ilmuwan
dalam dunia Islam yakni:
-
Avicenna
(Ibn-Shina abad 11) seoranng ahli di bidang kedokteran dan filosof.
-
Al-Biruni,
Al-Gazali, Ibn-Rush, dan Omar Khayam pada abad 11.
-
Al-Khawarizzini,
Al-Farghani, dan Al-Batani pada abad 9.
-
Al-Kindi
dan Al-Farabi pada abad 10.
Pada abad 9 – 11 semua ilmu pengetahuan
dan filsafat Yunani diterjemahkan dan dikembangkan dalam bahasa Arab. Setelah
itu secara bertahap diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan sedikit dalam
bahasa Ibrani. Pada waktu itulah ilmu pengetahuan dan kebudayaan Arab merupakan
kebudayaan internasional yang tersebar jauh ke Barat yaitu Maroko dan Spanyol,
yang terkenal dengan pusat perpustakaan dan Masjid Al-Hambra, Cordova
(Spanyol).
k. Nikolas Kopernicus (1473 – 1543 M)
Melahirkan
teori ‘heliosentris’ yang menyatakan bahwa:
-
Matahari
sebagai pusat dari tata surya dan bumi adalah salah satu dari planet.
-
Bulan
beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
-
Bumi
berputar pada porosnya dari barat ke timur yang mengakibatkan adanya siang dan
malam.
l.
Johannes
Kepler (571-1630 M)
-
Orbit
dari semua planet berbentuk elips.
-
Bila
ditarik garis imaginasi dari planet ke matahari, dan sementara itu ia bergerak menurut garis edarnya, maka luas bidang yang
ditempuh pada jangka waktu yang
sama adalah sama.
-
Pangkat
dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet mengelilingi matahari secara penuh adalah sebanding
dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu terhadap matahari.
m. Galileo (1564 – 1642 M)
-
Membenarkan
teori heliosentris walaupun bertentangan dengan pandangan penguasa.
-
Menemukan
ada empat buah bulan mengelilingi Jupiter dan cincin Saturnus.
-
Terdapat
gunung-gunung di bulan dan suatu bintik hitam di matahari yang sangat penting untuk menghitung kecepatan rotasi
matahari.
-
Menemukan
kelompok taburan bintang yang disebut ‘Milky Way’ atau Bima Sakti.
Masa dari Nikolas Copernikus sampai
Galileo dapat kita anggap sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern yang
menetapkan kebenaran berdasarkan eksperimen. (Mawardi, 2007 : 15 – 20 ;Hendro
Darmojo, 1999 : 11-15 ; Maskoeri Jasin, 1999 : 5-9)
4. Metode Ilmiah
a. Lahirnya Ilmu Alamiah
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya
bahwa manusia melalui pancainderanya memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan,
termasuk gejala di alam semesta, merupakan suatu pengalaman yang berakumulasi
membentuk pengetahuan. Penambahan pengetahuan menurut Maskoeri Jasin (1999 : 9
) didorong oleh dua faktor yaitu:
1) Dorongan untuk memuaskan diri, bersifat
non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami tentang hakikat
alam semesta dan isinya, yang melahirkan ilmu pengetahuan murni.
2) Dorongan praktis, memanfaatkan pengetahuan
untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi, yang melahirkan ilmu terapan.
Menurut Hendro Darmojo (1999 : 22)
pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan tersebut memenuhi empat
syarat yaitu :
·
Objektif artinya pengetahuan itu sesuai dengan
objeknya.
·
Metodik
artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol.
·
Sistematik,
artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, berkaitan satu dengan lainnya
sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
·
Berlaku
universal, artinya pengetahuan itu berlaku untuk semua orang.
Tujuan ilmu alamiah menurut beberapa ahli
adalah mencari kebenaran tentang obyeknya, dan kebenaran itu bersifat dalam
serta mempunyai persesuaian. Untuk
mencapai kebenaran yakni pesesuaian antara pengetahuan dan obyeknya tidak
terjadi secara kebetulan, tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang
tepat, yaitu prosedur atau metode ilmiah/scientific
method (Maskoeri Jasin, 1999 : 10).
b. Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah
Adapun langkah-langkah operasional dalam
metode ilmiah adalah:
1) Perumusan masalah: yang merupakan pertanyaan (apa, mengapa, atau
bagaimana) tentang objek yang diteliti. Masalah harus jelas batas-batasnya
serta dikenal faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2) Penyusunan hipotesis: yakni suatu pernyataan yang menunjukkan
kemungkinan-kemungkinan jawaban (jawaban sementara) untuk memecahkan masalah
yang ditetapkan.
3) Pengujian hipotesis: yaitu berbagai usaha pengumpulan
fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis, dapat diperoleh melalui pengamatan
langsung atau melalui uji coba (eksperimen), kemudian fakta-fakta tersebut
dikumpulkan melalui penginderan.
4) Penarikan kesimpulan; yang didasarkan atas penilaian melalui
analisis dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan
itu diterima atau tidak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan
yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan ilmiah.
D. Rangkuman
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin
tahu (kuriositas) yang berkembang sepanjang zaman, yang telah mendorong manusia
manusia untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, serta berusaha
untuk memecahkan masalah yang dihadapi
sehingga manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Manusia menjawab pertanyaan-pertanyaan
sendiri melalui pengamatan dan pemikirannya. Karena keterbatasan alat
pengamatan yang mereka buat dan didorong oleh rasa ingin tahunya, maka
timbullah mitos, seperti mitos tentang raksasa yang menelan bulan dan
sebagainya. Cerita-cerita yang dibuat berdasarkan mitos ini disebut legenda.
Mitos dan legenda dapat diterima masyarakat pada masa itu karena merupakan
jawaban untuk memenuhi hasrat ingin tahunya.
Berdasarkan kemampuan berpikir manusia
yang semakin maju dan perlengkapan pengamatan semakin sempurna maka mitos dengan
berbagai legenda makin ditinggalkan, dan mereka cenderung berpikir logis
(menalar) dengan menggunakan akal sehat. Perubahan pola pikir ini dipelopori
oleh tokoh-tokoh Yunani seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras, Demokritos, Aristoteles,
Ptolomeus, Nikolas Copernikus dan yang lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh manusia dapat
dikatakan ilmiah bila pengetahuan tersebut memenuhi empat syarat yakni
objektif, metodik, sistematik dan bersifat universal. Adapun prosedur atau
metode untuk mendapatkan pengetahuan yang ilmiah adalah dengan metode ilmiah
dengan melalui empat langkah yakni:
1. Perumusan masalah yang berisi pertanyaan
atas permasalahan.
2. Penyusunan hipotesis sebagai jawaban
sementara atas perumusan masalah.
3. Pengujian hipotesis yang dapat dilakukan
melalui pangamatan langsung atau eksperimen.
4. Penarikan kesimpulan.
E. Daftar Pustaka
1. Hendro Darmojo, 1999, Ilmu Alamiah Dasar,
Universitas Terbuka, Jakarta.
2. Maskoeri Jasin, 1999, Ilmu Alamiah Dasar,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
3. Mawardi dan Nur Hidayati, 2007, IAD, ISD,
IBD, Pustaka Setia, Bandung.
No comments:
Post a Comment