PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, TUJUAN/KEGUNAAN,
DAN PENDEKATAN IAD,ISD DAN IBD
1.
Pengertian
IAD,ISD dan IBD
Menurut Abu Ahmadi
(1991 : 1) ilmu pengetahuan dapat dibagi dalam tiga lapangan pengetahuan yakni
pengetahuan alamiah, pengetahuan sosial dan pengetahuan budaya, yang masing-masing terbagi dalam sejumlah bidang keahlian
atau disiplin ilmu.
IAD,ISD, dan IBD adalah satuan-satuan pengetahuan yang
didasarkan atas pembagian di atas yang dikembangkan sebagai usaha pendidikan. IAD, ISD dan IBD
bukanlah satu cabang/disiplin ilmu tertentu dan bukan pula ilmu pengantar.
a. Ilmu Alamiah Dasar, memusatkan perhatian
dan konsep umum, asas-asas dan pendekatan dalam menanggapi kanyataan-kenyataan
yang diwujudkan oleh lingkungan alam, dengan memanfaatkan pengetahuan keahlian
dalam ilmu-ilmu alamiah seperti astronomi, biologi, kimia, fisika dan geologi.
b. Ilmu Sosial Dasar, memusatkan perhatian
pada kenyataan sosial terutama yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan
menggunakan pengetahuan pada ilmu-ilmu sosial seperti geografi sosial,
sosiologi, antropologi sosial, ilmu politik, psikologi sosial dan sejarah.
c. Ilmu Budaya Dasar, memusatkan perhatian
pada usaha memperoleh pengertian mengenai hakikat dan harkat manusia serta
nilai-nilai budaya yang telah dikembangkannya sebagaimana telah diungkapkan
pengetahuan budaya seperti ilmu agama, filsafat, hukum, kesusasteraan, kesenian
dan sejarah.
2. Ruang Lingkup Kajian dari IAD, ISD dan IBD
a. Ruang lingkup dari IAD adalah:
1) Konsep-konsep dasar tentang Ilmu Pengetahuan
Alam
2) IPA dan Perkembangan Teknologi.
3) Dampak perkembangan IPA dan Teknologi.
b. Ruang lingkup dari ISD adalah:
1) Adanya berbagai aspek pada kenyataan
bersama yang merupakan suatu masalah sosial.
2) Adanya beraneka ragam golongan dan
kesatuan sosial dalam masyarakat yang mempunyai kepentingan dan kebutuhan serta
pola-pola pemikiran dan pola-pola tingkah laku tersendiri dan juga banyaknya
persamaan kepentingan dan kebutuhan serta persamaan yang menyebabkan
pertentangan maupun hubungan-hubungan setia kawan dan kerjasama.
c. Ruang lingkup dari IBD adalah:
1) Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya
merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan
menggunakan pengetahuan budaya, baik dari segi keahlian (disiplin)
masing-masing maupun antar bidang disiplin.
2) Hakekat manusia yang universal (satu)
tetapi beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat dalam melihat
dan menanggapi lingkungan alam, sosial dan budaya dengan adanya kesamaan dan
perbedaan yang diekspresikan dalam bentuk dan corak ungkapan pikiran, perasaan,
dan tingkah laku serta hasil kelakuannya.
3. Tujuan/Kegunaan
Ilmu Alamiah Dasar:
a. Mempekenalkan konsep-konsep dasar dalam
IPA.
b. Memberikan wawasan pengetahuan, pengertian
dan apresiasi terhadap obyek dan cara-cara pendekatan dalam IPA dan teknologi.
c. Memberikan bekal untuk memanfaatkan bahan
dan cara pemikiran, pendekatan dan hasil-hasil dalam IPA dan teknologi.
d. Mengembangkan interaksi yang selaras
antara disiplin-displin ilmu eksakta dan non eksakta.
Ilmu Sosial Dasar:
Membantu perkembangan wawasan pemikiran
dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan pemikiran dan kepribadian
yang lebih luas, dan ciri-ciri kepribadian sebagai golongan terpelajar
Indonesia, khususnya yang berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dalam
menghadapi manusia-manusia lainnya, serta sikap dan tingkah laku manusia
lainnya, serta sikap dan tingkah laku manusia lainnya terhadap manusia yang
bersangkutan.
Ilmu Budaya Dasar:
Untuk pembentukan dan pengembangan
kepribadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan dan pemikiran
mengenai berbagai gejala yang ada dan timbul dalam lingkungan, khususnya
gejala-gejala yang berkenaan dengan kebudayaan dan kemanusiaan, agar daya
tanggap, persepsi dan penalaran yang berkenaan dengan lingkungan budaya yang
dapat diperluas dan menjadi lebih halus.
4. Pendekatan IAD, ISD dan IBD.
Berpangkal tolak dari adanya
disiplin-displin ilmu yang telah diuraikan di atas, maka diperlukan pendekatan
sistem. Melalui pendekatan multidisilplin maupun interdisiplin dalam perkuliahan ini, maka kita telah melangkah dari
pendekatan ilmiah yang atomistik (disiplin) kearah pendekatan holistik
(sistemik).
Menurut Dendosurono Prawiroatmodjo dalam pendekatan
sistem perkuliahan ISD, pada pendekatan sistemik, seseorang berasumsi bahwa
segala ‘sesuatu’ itu ada dalam keberadaan berbagai sesuatu yang lain. Kalau
sesuatu itu diibaratkan berupa bagian-bagian, penjumlahan dari bagian-bagian
itu tidak akan sama dengan satuan keseluruhan yang bermakna sendiri. Jika
seperangkat bagian-bagian ini saling berinteraksi dalam susunan yang teratur
untuk mencapai tujuan tertentu.
Implikasi metodologis dari konsep sistem
adalah pendekatan, analisis dan penyelidikan yang beraspek jamak, sesuatu
kegiatan kajian harus menyoroti obyeknya dari berbagai aspek dan disiplin yang
memunculkan pendekatan multidisiplin dan interdisiplin.
Pendekatan interdisiplin atau
antardisiplin dan multidisiplin, perbedaannya terletak dari cara kita meninjau.
Apabila berdasarkan adanya kerjasama dan interaksi antara berbagai disiplin
ilmu pengetahuan, hal tersebut dinamakan interdisipliner, sedangkan dari segi
jumlah banyaknya disiplin ilmu yang saling bekerja sama dan berinteraksi satu
sama lainnya, maka pendekatan ini bersifat multidisipliner.
Contoh: Upaya
penanggulangan kenakalan remaja dan penyalahgunan narkoba.
Kenakalan remaja pada umumnya timbul
sebagai akibat situasi dan kondisi keluarga yang ‘goyah’ mungkin karena
kurangnya perhatian, kasih sayang, bimbingan dan kontrol dari orangtua. Ia
tidak betah tinggal di rumah dan ia rindu untuk mendapatkan dari apa yang tidak
ia dapatkan dari orangtuanya, dan dapat ia peroleh dari pimpinan ‘gang’ yang
hanya sementara, dan selanjutnya menjadi budak dari pimpinan gangnya itu dan
budak narkoba. Kalau kondisi remaja tersebut sudah terlanjur jauh, cara
penyembuhannya memerlukan partisipasi penuh dari para ahli antara lain; Psikolog
berusaha mengorek latar belakang kejiwaan remaja tersebut. Mengapa secara
kejiwaan hubungan batin antara anggota keluarga tersebut kurang harmonis?
Kondisi kejiwaan apa yang terjadi antara remaja tersebut dengan keluarganya?,
dan seterusnya. Teologi menelusuri kehidupan beragama keluarga
tersebut, apakah dari keluarga yang saleh? Harmoniskah dalam menjalankan
amaliah dengan keluarga dan masyarakat di sekelilingnya dan seterusnya. Antropolog
mencari latar belakang, asal-usul, hubungan antar anggota keluarga,
adat-istiadat dan sopan santun, religi dan kepercayaan yang dianut keluarga
remaja tersebut dan sebagainya.
Seorang sosiolog, ahli hukum, kriminolog
bahkan dokter ahli syaraf berusaha mencari tahu, menyelidiki dan menganalisis
problem dari remaja tersebut. Hasil kerja mereka dari sudut keahlian
masing-masing menyajikan kesimpulan sebagai berikut:
· Psikolog
; Remaja tersebut menderita depresi mental cukup berat yang berakar dari
konflik batin dengan keluarganya sehingga ia rendah diri dan frustasi.
· Teolog
: Profil keluarga tersebut kurang taat menjalankan syariat agamanya. Lupa dengan
hakikat hidup.
· Antropolog
: Remaja tersebut kurang mendapatkan perlakuan dan pengakuan sebagai anak
sehingga ia tidak betah di rumah dan mencari pelarian di luar rumah.
· Sosiolog
: Tingkat dan strata sosial keluarga tergolong baik, akan tetapi terjadi
konflik sosial di dalam keluarga dan masyarakatnya.
· Dokter
ahli syaraf : Kondisi syaraf dan kejiwaan remaja tersebut masih dapat
direhabilitasi.
F. Daftar Pustaka
1. Abu Ahmadi, 1991, Ilmu Alamiah Dasar,
Rineka Cipta, Jakarta.
2. Abu Ahmadi, 1991, Ilmu Sosial Dasar,
Rineka Cipta, Jakarta.
3. Djoko Widagdho, 1994, Ilmu Budaya Dasar,
Bumi Aksara, Jakarta.
No comments:
Post a Comment